Tulisan ini di buat di malam
tahun baru 2013. Awan kelabu menutupi langit sepanjang sore hingga malam, namun
entah mengapa aku merasakan cinta didalam kelabunya itu. Betapa baiknya Tuhan,
entah cerah ataupun gelap, dingin atau hangat, Tuhan tetap bersinar dengan
kasih-Nya di hatiku. Penyertaan Tuhan begitu nyata dalam setiap langkahku
mengiring Dia. Aku belajar mengandalkan Tuhan ketika tak ada seorang pun yang
dapat ku andalkan, Tuhan menjadi satu-satunya penopangku, dan di dalam Dia
kurasakan keutuhan itu.
Sabtu, Januari 04, 2014
Keluh Singkat
Biarlah daging ini merindu dan hancur ia.
Biarlah hatiku mengharu dan pilu ia.
Biarlah manusiaku mati dan tak tersisa lagi, karena nafsu dan dosa yang ada padanya.
Tuhan, biarkan rohku berlabuh, dipelukan-Mu tempat yang ingin ku tuju.
Biarlah hatiku mengharu dan pilu ia.
Biarlah manusiaku mati dan tak tersisa lagi, karena nafsu dan dosa yang ada padanya.
Tuhan, biarkan rohku berlabuh, dipelukan-Mu tempat yang ingin ku tuju.
Biar habis air mataku kering dan tak adalagi, biar habis
segala dukaku karena penghiburan-Mu ya Allah.
Begini Saja
Kamu sudah memiliki hatiku tanpa berusaha, tetapi itu tidak
cukup untuk membuatnya bertahan.
Seperti senja yang kebingungan, apakah dia sore atau malam.
Seperti mendung yang enggan untuk menjatuhkan airnya karena
betah di atas langit.
Seperti itulah kita yang pada akhirnya menamai itu senja, itu
gerimis.
Seberapa penting?
Seberapa pentingnya Tuhan bagi
hidupmu? Terkadang kita memperlakukan Tuhan seperti konsultan, yang ditanyai
pendapatnya namun tetap saja keputusan ada di tangan kita. Dia adalah Tuhan
yang berdaulat. Tapi apakah kamu sudah menyerahkan semuanya untuk Tuhan? Oh ya,
tentu saya saya sudah. Bagaimana dengan waktu luangmu? Apa yang kamu kerjakan?
Menonton film aksi atau merenungkan firmannya? Bagaimana dengan kuliah? Apakah
kamu berniat menyelesaikan kuliah dengan cepat tapi tidak ambil bagian dalam
pelayanan? Bagaimana dengan pekerjaan? Apakah kamu menggunakan talentamu
sebagai pekerja professional di kantor
atau menjadi pelayan Tuhan dengan sepenuh hati dan jiwamu termasuk pekerjaanmu?
Kita hampir bisa menggunakan pekerjaan apapun untuk memuliakan Tuhan. Tapi,
apakah Dia benar-benar sudah berdaulat dalam hidup kita, apakah Dia sudah
menjadi yang terutama? Yang terutama dibanding keluargamu, yang terutama
disbanding mimpi-mimpimu, yang terutama dibanding pasangan hidupmu? Bagaimana
jika Tuhan meminta semua itu untuk diambil dari hidupmu? Bukan berarti menjadi
pengikut Tuhan kita harus berjalan sendiri tapi kita harus mennyerah semuanya
dan membiarkan Tuhan yang menjadi pengendali, membiarkan Tuhan yang sepenuhnya
menjadi kepuasan kita.
Langganan:
Postingan (Atom)