Nah, ini nih yang rada sedikit
beda. Aku menyukai seseorang. Tubuhnya tinggi, dengan rambut lurus yang
menjatuhi pipinya yang tirus, bulu matanya tebal dan hidungnya mancung (bisa
dibayangkan?). Aku melihat cowok itu ketika turun dari becak saat berangkat
sekolah. Itu hari pertama aku sekolah dengan seragam abu-abu. Yah, aku kagum
padanya. Kenyataan yang menyenangkan, teman SMPku menyukai sahabatku ketika aku
berusaha mendekatkannya pada sahabatku, dia bilang bahwa salah satu temannya
ingin berkenaln denganku, ternyata cowok itu! Betapa girangnya hati ini.
Lucunya ketika aku pertamakali menjabat tangannya. Cowok yang dikagumi didepan
mata. Yak, aksi comblang-mencomblang terjadii….
Aku
gagal karena teman SMPku tidak bisa jadian dengan sahabatku karena beberapa
alasan. Lalu bagaimana dengan kisah ku
dengan cowok tinggi itu??
Kami
smsan, tentu saja kejadian ini terjadi sebelum aku jadian dengan si Eko (baca
pernyataan cinta 2). Dia begitu pemalu, meskipun kami sangat dekat di via sms,
tapi satu kali pun dia tidak pernah menyapaku disekolah! Betapa sebalnya aku
jika harus berpapasan dengannya dan menahan debaran sambil berharap dia
menyapaku. Tapi itu tidak terjadi! Dia selalu menunduk dan cepat-cepat pergi.
Selang
beberapa bulan, dia menyatakan cintanya lewat sms… Tapi aku tidak mau
menerimanya begitu saja, seperti biasa, aku meminta pembuktian. Tapi dia tidak
bisa. Dia begitu pemalu ketika hendak menyapaku. Lalu? Tidakkah aneh ketika aku
jadian dengan orang yang tidak pernah berbicara denganku secara langsung? Aku
meminta maaf padanya dengan sedikit kecewa. Dia tidak menerima tantanganku lalu
melai mundur dan menghilang..
Kekecewaanku
sedikit mengalami titik terang, ketika dia mulai meng-smsku lagi, mengirimiku
puisi… Namun, beberapa hari kemudian, dia berkata lewat sms bahwa dia sudah
jadian dengan cewek jurusan sekretaris. Jleb banget rasanya. Aku masih terlalu
muda untuk patah hati, kan? Hehe. Tapi aku beneran patah hati waktu itu…
(dilarang ketawa!)
Nah,
saat aku patah hati itulah.. si Eko datang, aku berharap bisa melupakan cowok
itu ketika bersama Eko (betapa jahatnya, ternyata aku yang menjadikan Eko
pelarian). Kita sebut saja cowok itu Losi, ya? Biar gampang ceritanya. Ketika
aku pacaran dengan si Eko, si Losi putus dengan pacarnya dan dia kembali padaku
(hiah). Dia bilang sedikit kecewa, helooo… situ jadian emang yang disini ga
kecewa?? Ketika aku putus dengan Eko, si Losi jadian lagi. Dengan teman satu
ektrakulikuler dramaku, dia adalah paskibra sekolah, tinggi semampai..
Aku
menyimpan kesedihan itu (cieelah…) Losi hanya berpacaran dengan cewek paskib
itu 1 bulan. Bisa ditebak, dia menghubungiku lagi. Jangan salahkan aku karena waktu itu aku
masih ababil. Aku menyalahkannya, karena dia begitu mudah berpindah-pindah
kelain hati. Aku merasa dipermainkan buung…. Tapi, katanya sih, aku begitu
special sehingga dia tidak berani mempermainkanku, jadi, sebenarnya pacarannya
dengan kedua cewek itu adalah keisengannya saja. Dia tidak berani iseng
denganku karena aku special. Dia ingin serius denganku. Percaya ga percaya, ada
yang hatinya luluh.
Aku
tetap pada pendirianku, tidak akan menerima seseorang jika tidak menyatakan
perasaannya langsung. Itu berat baginya, aku tau. Entah mengapa dia begitu
pemalu padaku, padahal dia sudah berpacaran 2 kali? Losi mengalami banyak
kemajuan, dia mulai menyapa ketika kami berpapasan. Dan kenyataan bahwa dia
saudara kembar teman sekelasku membuatku syok. Mereka benar-benar tidak mirip.
Hehe.
Pada
suatu malam, dirumah temanku iwan, kami sedang makan gule dan sate kambing. Ada
5 orang cowok dan 3 orang cewek, salah satunya aku. Lalu kita bermain jujur dan
tantangan, dengan memutarkan botol air yang kosong. Ketika botol air itu
menunjuk pada seseorang, maka seseorang itu harus memilih antara menerima
tantangan (apapun itu) atau mengaku jujur (pertanyaan akan diberikan oleh yang
menang) ketika botol itu menunjuku. Aku memilih untuk jujur. Dan si Iwan
bertanya padaku, siapa cowok yang aku suka. Semuanya pada heboh, karena disitu
ada Bejo. Bejo tau, itu bukan dirinya. Sulit bagiku untuk mengakuinya. Karena
didesak terus menerus, aku mengaku, bahwa itu Losi. Teman-teman mencari tau
tentang dia. Si Bejo sudah bisa menahan emosinya, meskipun aku tau dia patah
hati banget.
Beberapa
minggu kemudian, ketika jadwalnya untuk kami ngumpul bareng dirumah Bejo. Aku
syok bin jantungan ketika ngeliat si Losi juga disana. Apa maksudnya dari semua
ini?? Ternyata mereka berusaha mendekatkanku dengannya. Itu idenya Bejo. Betapa
terharunya aku! Bejo, sungguh mulia hatimu nak… Losi menjadi dekat dengan
teman-temanku, padahal dia beda jurusan dengan kita. Aku juga semakin dekat dengannnya.
Di
suatu malam, di ulang tahun teman cowokku. Kami ngumpul untuk makan malam
bersama. Ada bejo dan Losi, dan teman yang lain… Aku tidak tau bahwa mereka
merencanakan sesuatu. Ya, Bejo mendorong Losi untuk segera menyatakan cintanya
padaku, malam itu. Aku yang awalnya tidak tau, menjalani makan malam dengan
biasa saja. Ketika mereka sedang asik bermain sesuatu, Losi mengajakku keluar
dari sana.
Kami
melangkahkan kaki tanpa tujuan di jalan setapak yang remang-remang, aku
menanti-nanti apa yang akan dia katakan dengan hati berdebar… Lalu dia berkata:
“Aku suka kamu..” dengan lirih dan pelan. “Apaa? Aku ga denger?” Tanyaku sambil
menggoda. “Ah, ayolah.. masa ga denger..” Aku nggak tega melihat pipinya
memerah dan salah tingkah. “Ya, ya, aku denger kok, terus?” dia melepaskan
gelang yang dipakainya lalu memberikan padaku. “Kalo kamu mau jadi pacarku,
kamu pakai ini ya… Kalau nggak, kamu boleh buang atau kasih ke siapa aja…” Aku
diam dan meraih gelang itu sambil tersenyum dan mengangguk. “Sekarang kita
kembali kesana?” kataku, lalu kita berbalik dan melangkah… begitu pelan, aku
sangat senang, lalu berkata sebelum sampai kepada teman-teman kami yang ramai
“Aku pakai ini sekarang ya?” sambil menatapnya dan memasang gelang itu di
tanganku. Dia menatap dengan tidak percaya. “Sungguan?” dia tetap tertawa. Lalu
kami melanjutkan langkah dengan tidak berhenti tersenyum. Yap, cowok yang aku
suka saat pertama kali masuk bangku SMK, jadi pacar keduaku ketika aku aku
duduk di kelas 2.
Jadian
kami sebatas antar jemput sekolah, duduk berdua pas jam istirahat, malam minggu
dia main kerumah tanteku. Pacaran kita Cuma 2 bulan kok. Karena aku harus praktek
kerja selama 3 bulan di Surabaya, dan aku ga suka LDR. Lagi pula, aku mulai
merasa risih dan tidak nyaman. Ibunya mengetahui bahwa dia berpacaran denganku,
dan ibunya menyuruh kita putus (dia tidak bercerita padaku tentang hal ini) dan
aku kecewa karena dia menyimpan kebohongan itu terlalu lama. Lalu aku mengenal
seseorang yang merubah cara pandangku yang selama ini salah. Diusiaku yang 16
tahun waktu itu, aku baru mengenal istilah ber-Saat Teduh dan memiliki jam doa.
Yap, satu orang sahabat cowok yang baik hatinya yang aku kenal lewat facebook.
Haha. Meskipun, aku masih berkomproni dan tidak bisa jauh dengan Losi meskipun
sudah putus, hubungan itu biasa disebut dengan Hubungan Tanpa Status. Aku tidak
ingin pacaran, tapi aku masih ingin dekat dengannya. Yah, rasa ingin
diperhatikan, dimanja, dikagumi, dilindungi, itu masih ada. Kita malah semakin
dekat ketika putus, daripada ketika pacaran. Dia main kerumahku, mengantarkanku
berbelanja, sampai tanteku mengajaknya untuk jalan-jalan bareng bersama kami
dalam satu mobil, dia mengantarkanku ke laundry, dia melap bekas darah mens-ku
di sadel motornya, ada kejadian saat dia memecahkan kaca spidometer motor dengan
tinjunya karena cemburu melihatku bersama cowok lain, aku pernah melihatnya meneteskan air mata, semua itu membuatku
terharu (hiyek, haha)…
Oke,
berhenti berfantasi dan segera memijakkan kaki ke bumi! kedekatan kami mulai
kendor ketika bulan-bulan terakhir kami di SMK. Ada perubahan pada diriku,
setelah mengikuti Youth Camp, semacam retret di Malang, aku diubahkan. Aku
berusaha memegang komitmen untuk menjaga hati dan hidupku, darinya. Terang dan
gelap tidak dapat bersatu. Aku berusaha menjelaskan padanya, tidak peduli
seberapa dekatnya kita, kita tidak memiliki masa depan. Selamanya kita tidak
akan pernah sama.
Aku pernah
sekali, kerumah Losi. Didepan halaman rumahnya terdapat musholla kecil milik
keluarga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar