Tania menatap langit malam yang kelabu. Hujan tak hentinya
mengguyur kota
kecil itu dari siang tadi. Berkali-kali gadis berambut ikal itu melihat layar
handphonenya dengan resah. Teman yang
ditunggunya tak kunjung keluar, padahal dia sudah ada janji malam ini. Sembari
duduk diatas motornya, dia memain-mainkan air yang ada di kaca spion motor,
menyusun kata-kata yang akan disampaikannya. Tania terkesiap melihat teman yang
ditunggunya keluar dari gedung itu.
“Sudah selesai?”
Tanya Tania dengan cepat. Pria itu tidak menghiraukannya, dia berbicara
pada gadis kecil disampingnya “Tolong foto kopikan 50 lembar ya, ini uangnya.”
Ujar pria itu. Setelah mengucapkan terimakasih dia menatap Tania “Emm, sorry ya
kamu musti nunggu sebentar lagi, nunggu dia selesai foto kopi soal ujian.” Dia
tau raut wajah Tania berubah kecewa, lalu dia bertanya lagi.
“Memangnya kamu janjian sama Feri jam berapa?”
“Jam 7…” Desah Tania.
“Oh… sekarang masih jam 6 lewat 15 menit, kan ?”
“Iya.”
Suasana hening lagi, Tania hanya bisa melihat layar hapenya,
bingung ingin melakukan apa. Tampaklah disana dua orang yang sibuk dengan
handphone masing-masing. Gadis kecil itu datang lagi, tapi dia tidak membawa
kertas apapun. “Pak, uangnya kurang…” katanya. “Oh iya, maaf. Kenapa saya Cuma
kasih kamu uang 2 ribu padahal yang di foto kopi banyak yah…” Pria itu teertawa
garing, sambil membuka dompetnya dan menyerahkan uang 10 ribuan. Dia mendesah
panjang, Tania hanya menatapnya aneh.
“Malam ini entah kenapa konsentrasiku berkurang… ckck” tidak
ada seorang pun disana, tentu saja dia berkata pada Tania.
“Kenapa?” Tanya Tania pendek.
“Ga tau.” Jawaban yang tidak kalah pendek.
Setelah gadis itu datang mereka pun pulang.
@@@
Tania duduk diruang tamu dengan gelisah, pria yang
ditunggunya tidak juga datang. Padahal sudah jam 7! Apa lagi ini kali pertama
mereka mau jalan berdua. Mamanya tampak asik menelepon, sudah jelas itu Papa.
Tiba-tiba Tania dikagetkan ketika Mama menyerahkan handphone, “Nih, Papa mau
ngomong.” Tania mendekatkan hanphone ke telinga,
“Hm, kenapa Pa?”
“Kamu mau keluar sama siapa?”
“Sama Feri.”
“Siapa lagi itu Feri?”
“Temen , Pa. ”
“Emang mau kemana?”
“Masih belum tau.”
“Lho, kok belum tau? Daripada ga jelas mau kemana mending ga
usah.” Nada suara Papanya semakin tinggi.
“Ya enggak tau, antara mau makan atau ngopi doang. Udah ya
Pa, Tania udah dijemput.. Daah” Tania langsung menyerahkan handphone kembali ke
Mamanya dan berpamitan, dia tidak ingin terlibat pembicaraan lebih jauh tentang
‘introgasi sebelum kencan’ dengan Papanya. Dia menyapa Feri lalu naik ke
motornya dan mereka berdua segera melesat pergi.
@@@
Jadi disanalah mereka, duduk berdua dipinggir jalan
menikmati minuman yang menghangatkan tenggorokan dan perut mereka. Sudah banyak
hal yang diperbincangkan, tapi resah itu juga tidak hilang dari diri Tania.
Entah bagaimana, semua topic pembicaraan itu terasa sangat menyiksanya. Tapi
dia harus mengatakannyaa malam ini, dia harus memperjelas semuanya sekarang.
“Kamu cepet banget minumnya Tan? Padahal punyaku masih
banyak tuh…” Feri menunjukkan isi gelasnnya. Tania cuma bisa nyengir,
memikirkan kata-kata yang tepat.
“Kamu sudah sering kesini ya?” akhirnya pertanyaan tidak
penting keluar. “Enggak juga.” Katanya.
“Fer, sebenernya kenapa sih kamu baik banget sama aku?”
akhirnya, pertanyaan penting keluar dari mulut Tania. Feri diam menatap Tania,
lalu segera kembali menatap jalanan. Wajahnya tampak datar.
“Emang kenapa? Ga boleh ya?” Feri malah tanya balik.
“Nggak, cuman pengen tau kamu baiknya cuma sama aku doang,
atau sama teman-teman yang lain juga.” Jelas Tania.
“Kalo aku baiknya cuma ke kamu emang kenapa?” Feri balik tanya
lagi. Tania terdiam agak lama.
“Selama kamu ngelakuin itu karena menganggap aku sebagai
teman, ya gapapa. Tapi kalo lebih dari itu…” Tania mendesahkan nafas, lalu
melanjutkan “Aku ga bisa. Maksudku, Fer, kamu baik banget, bener-bener teman
yang baik. Makasih.” Tania tersenyum pada Feri yang masih berusaha mencerna
kata-kata gadis itu. Dibalik cahaya yang remang-remang tidak ada yang
benar-benar tau bagaimana kalutnya hati keduanya kala itu.
@@@
Tania melemparkan tubuh mungilnya ke kasur dengan tas dan
jaket yang masih menempel ditubuhnya. Rasa apa ini? Tadi itu 1 jam yang sangat
menyiksa. Maksudnya, bagaimana bisa dia tengah berdua dengan seorang pria,
berbincang, dan bahkan tertawa bersamanya tapi pikirannya melesat jauh ketempat
lain? Benar-benar menyiksa, desahnya. Tania menutup wajahnya dengan lengan,
karena cahaya lampu kamar, yang padahal, tidak terlalu menyilaukan. Dia hanya
ingin melakukannya saja. Dan akhirnya, tangisnya pecah. Mungkin memang harus
diselesaikan, segala upaya sia-sia menyakiti diri sendiri ini, pikirnya. Ingin
terlihat asik pergi dengan pria yang sangat peduli dengannya, mengapa itu malah
menyayat dirinya sendiri seperti ini? Jawabannya sederhana. Bahwa sebenarnya
bukan dia yang dia harapkan. Bahwa berpura-pura bahagia bersama orang lai, bukan
hanya menyakiti orang itu tapi juga menyiksa dirinya sendiri. Feri berhak
mendapatkan ketulusan, yang tidak mungkin diperoleh darinya. Sembari mengusap
air mata dipipinya, Tania menatap layar handphonenya. Ada beberapa pesan dari Feri yang belum
terbaca. Salah satu isinya: “Aku tau
siapa itu. Tapi selama Tuhan belum kasih jawaban bahwa orang itu benar-benar
untuk kamu, aku akan tetap menunggu didepan pintu.” Tania mendesah, sembari
mengetik: “Itu terserah kamu, aku cuma ga ingin kamu kecewa suatu saat
nanti.” Lalu tidak lama, Feri membalas pesannya “Iya, aku nggak akan
nyalahin kamu kok, karena keputusan buat menunggu itu dari aku sendiri. Aku
berdoa semoga kamu yang baik buat aku.” Pesan itu tak lagi dibalas oleh
Tania, ya, setidaknya dia telah menyampaikan maksud hatinya malam itu, mengapa
pada akhirnya dia memutuskan mau menerima ajakan Feri untuk pertama kalinya.
Kencan pertama dan yang terakhir dengannya. Mungkin memang layak dibilang
kencan, karena mereka hanya pergi berdua dan Feri yang mentraktir. Akhirnya Tania tau, bahwa itu juga bukan cara
yang bagus untuk melupakan seseorang. Setidaknya tidak berlaku untuk dirinya. Dia
mengunci pintu kamarnya, lalu berdoa.
menyimak saja gan. :D
BalasHapus