Akhirnya saya menulis lagi, setelah sekian lama vakum. Kali
ini saya tidak sedang melankolis. Saya menulis dengan keadaan sadar sepenuhnya.
Merasa sangat diberkati minggu ini karena pelajaran yang boleh saya petik:
“Allah menyertai langkah-langkah setiap orang yang bersandar pada-Nya”. Sebagai
manusia yang masih berupa darah dan daging, kita pasti tidak lepas dari rasa
kecewa, kadang patah semangat, marah, dan lain sebagainya yang membuat kita
berjuang lebih keras dalam mentaati Tuhan.
Dalam pergumulan hidup yang saya miliki sebagai seorang
pemudi, tentulah diantaranya adalah pergumulan tentang pasangan hidup. Ya,
benar. Ini tetap kelanjutan kisah yang sama seperti apa yang saya tulis 2 tahun
lalu di blog ini. Jika anda membacanya, sangat terlihat bahwa saya begitu
emosional dan labil kala itu. Ada banyak hal yang sudah Allah ubah dalam diri
saya.
Itu yang membuat saya tidak berhenti kagum pada-Nya.
Saya tidak berhenti mendoakannya. Apa yang menjadi kerinduan
hati saya pada Tuhan, bagaimana saya bisa menaruh perhatian begitu besar pada
seorang pria, menjadi sangat tidak bisa diprediksi ketika saya mengambil topik
tentang dia. Tuhan tau segalanya. Dan hal terbaiknya, Tuhan menggunakan hal
yang paling saya sukai ini sebagai alat untuk membentuk saya. Sakit memang,
tapi itu tidak sebanding dengan kemuliaan yang sudah Dia janjikan. Saya masih
sering cengeng kepada Tuhan, betapa saya takut menjadi mendua hati karena saya
begitu mencintai seseorang. Betapa saya takut Allah marah dan bosan ketika saya
terus membicarakan dia… tapi, Tuhan tidak berhenti begitu saja. Tuhan
mengajarkan saya untuk menekan ego saya sendiri. Tuhan berkali-kali mengajarkan
saya, apa kasih itu, dan bagaimana mencintai itu. Saya belajar banyak hal
dari-Nya dan sebagaimana Dia mengasihi, demikianlah saya ingin mengasihinya.
Saya percaya dan yakin akan janji Allah, ketika Dia berkata
akan ada masa depan penuh harapan. Disana juga pasti tersedia apa yang menjadi
impian saya, yaitu memiliki pasangan hidup dan keluarga yang mengasihi Tuhan.
Dalam pencarian dan penantian itu, Tuhan ijinkan hal ini terjadi. Bahkan ketika
saya berusaha untuk berhenti, ketika saya menganggap ini mulai berlebihan dan
kekanakan, Tuhan mengubah saya. Tidak, itu tidak kekanakan. Mencintai orang
yang sama selama beberapa tahun, tertawa dan menangis karenanya,meski tak
mengetahui secara jelas alasannya, semuanya itu adalah hal yang mengubah saya.
Pernah saya merasa lelah dengan situasi canggung dan menggantung yang kami
alami. Ketika tanda-tanda menyatakan bahwa dia memiliki rasa yang sama. Saya
belajar: ini bukan tentang tanda saja, ini tentang bagaimana kamu terus percaya
pada Allah, bukan pada situasi. Ketika saya mulai lelah dan memutuskan ingin
meminta kejelasan, Tuhan ingatkan lagi kejadian dua tahun yang lalu. Tentang jarak
yang membuat saya kehilangan sahabat saya sekaligus orang yang saya cintai
selama beberapa waktu. Saya belajar, adalah egois ketika kita dengan mudahnya
memproklamirkan perasaan kita. Ketika kita tidak memikirkan bagaimana
pertumbuhan rohani orang itu, apakah dia akan semakin bertumbuh didalam Tuhan?
Apakah kita sudah cukup bertanggung jawab dengan menyatakannya? Ya. Saya
belajar semuanya. Jadi, saya bersyukur, sekali lagi masih mencintai orang yang
sama membuat saya mempelajari ini semua. Membuat saya semakin berserah kepada
Tuhan, si Empunya Cerita, milik-Nyalah saya, dia dan segala cerita yang akan
diuntai dikemudian hari.
Saya akan selalu kagum kepada-Nya. Allah yang memampukan
saya ketika saya berada pada titik emosi paling bawah, ketika saya hanya bisa
menangis, Dia membalut luka-luka dan Dia membangkitkan semangat saya lagi. Inti
dari semuanya ini adalah tentang Dia. Bukan tentang saya, pria itu, atau kisah
cinta ini. Segalanya adalah tentang Allah yang mengasihi anak-Nya, tentang
Allah yang menginginkan kita menjadi semakin serupa dengan Dia.
Saya tidak tau, apakah pria itu (masih) memiliki rasa yang
sama, apakah pria itu menyebut saya dalam doanya atau tidak dan apakah dia
memang untuk saya. Yang saya tau, saya akan setia pada apa yang Tuhan taruh
dalam hati saya. Saya akan terus meminta kepada Allah: apa yang menjadi
kehendak-Nya terjadilah.
Mencintai seorang sahabat merupakan pengalaman yang indah,
yang jauh lebih indah lagi adalah pengalamanku mencintai Dia yang telah
mengasihi aku engan membentukku sedemikian rupa, untuk memuliakanku.
Ya Tuhan, aku kagum dan akan selalu kagum pada-Mu. Engkau
yang memampukan aku melakukan apa yang sulit aku lakukan. Kisah ini, aku
serahkan kepada-Mu. Kau tau inginku, tapi Tuhan, aku ingin yang terbaik bagiku,
dan baginya. Trimakasih karena mengijinkan aku mengasihi anak-Mu yang satu itu.
Membuatku banyak belajar… Jadikan aku berhikmat, ya Tuhan. Jadikan aku semakin
mencintai-Mu dalam setiap langkah hidupku. Begitu pun dengan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar