Hai, perkenalkan namaku Windy. Mungkin kalian akan berpikir ini adalah cerita romantis tentang kisah cinta gadis remaja cantik berambut panjang dengan pemuda paling tampan disekolah. Hmm.. tidak, kisahku tidak seperti itu. Asal kalian tau saja, aku tidaklah seperti tokoh-tokoh utama lainnya. Yang selalu sempurna dan mempunyai daya tarik. Tidak, tidak, tidak. Mari kita membicarakan Windy saat ini: Aku gadis berusia 17 tahun, tinggi 157cm, berat badan 49kg, golongan darah AB, kulit coklat, rambut ikal dibawah bahu, gigiku kecil-kecil dan tidak rata, hidungku pesek, aku tidak memiliki kuku-kuku lentik yang indah layaknya cewek-cewek lain, badanku jauh dari kata seksi, jadi... apakah kalian sudah bisa membayangkannya?
Namun banyak yang bilang aku adalah pribadi yang menyenangkan.
Aku memiliki banyak teman, dan aku termasuk aktif disekolah. Masa SMA memang adalah masa yang sangat menyenangkan. Namun aku memulainya dengan keapesan. Disaat MOS aku melakukan kekonyolan, rok SMPku tersingkap saat mengibarkan bendera hingga celana dalamku kelihatan, dan semua orang, tidak, seluruh warga sekolah melihatnya. Ingin rasanya menggali lobang dan menguburkan diriku sendiri kedalamnya. Aku ingin pindah sekolah saat itu, benar-benar mimpi buruk. Tapi ada untungnya sih, aku menjadi terkenal disekolah keesokan harinya (walaupun dengan alasan yang tidak menyenangkan, hoho^^). Dan apesnya lagi aku mengenalnya, namanya Igo, pemuda tinggi berkulit hitam manis dan mata yang tajam seperti elang. dia amat sangat membenciku sejak pertama kali bertemu. Saat MOS, aku tidak sengaja menubruk sepeda motor ninjanya di parkiran, sepeda motor bututku membuat goresan panjang dan besar di body motornya, Igo marah besar dan meminta ganti rugi, selama 3 bulan aku menjadi kacungnya, benar-benar masa yang sangat tidak menyenangkan. Sejak saat itu, Igo seakan menganggapku sebagai mimpi buruk baginya. Dan kami selalu bertengkar, seluruh sekolah tau itu. Igo membuatku malu saat upacara dia meletakkan kertas dipunggungku dengan menggunakan selotip yang bertuliskan “SILAHKAN JITAK SAYA” pertama aku tidak mengerti mengapa tiba-tiba ada beberapa anak menjitak kepalaku. Setelah ada teman yang baik hati memberitahukan bahwa ada kertas dipunggungku. Sejak saat itulah genderang perang antara aku dan Igo berbunyi, tak ada habis-habisnya pertengkaran kami hingga saat ini. Igo menaruh cat merah di kursiku sehingga aku harus menanggung malu saat rokku bagian bokong ada peta merah seperti darah. Aku pernah menangis saking jengkelnya saat itu, dan aku mengutuki Igo dengan kata-kata yang semutpun tidak mau mendengarnya. Yang paling menyebalkan adalah, Igo selalu memasang wajah innocentnya dengan senyum miring yang selalu membuatku geregetan ingin menampar wajahnya.
Tapi ayo kita membicarakan hal yang lebih menarik, Namanya Idoz dia adalah siswa tercakep yang ada di sekolah ini. Emh, salah yang ada di dunia ini (lebay mode on)! Ya, dia selalu memiliki berbagai macam alasan untuk bisa menjadi pusat perhatian. Dan siapa sih yang tidak menyukainya? Dia ramah, tinggi, putih, hidungnya mancung, bibirnya pink, dan selalu menjadi tim kapten tim sepak bola. Idoz benar-benar idola, bahkan ada sekumpulan fans klub yang dibentuk dengan nama Idoz Lovers. Dan, tidak mau basa-basi akupun juga menyukainya. Aku rasa aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Sering kudapati Idoz tersenyum kearahku, walaupun aku tau Idoz selalu tersenyum pada siapa saja. Layaknya gadis yang sedang jatuh cinta aku berusaha untuk menarik perhatiannya. Apapun ku lakukan, seperti diet ketat (*karena aku merasa pipiku tembem sekali), memakai beberapa rangkaian pemutih kulit, bereksperimen dengan gaya rambutku, dan aku selalu tampil wangi. Meskipun aku tidak tau apakah itu berpengaruh banyak untuk menarik perhatian Idoz, setidaknya sekarang aku bisa ngobrol dengannya 2 kali! (bangganyaa >.<). >_< “ Woy bebek jelek, ngapain kamu nungging-nungging kayak gitu?” Suara paling menjengkelkan terdengar dari belakang punggungku. Aku tengah memegang kamera sembari memotret Idoz yang tengah beraksi di lapangan bola. “ Apa kecoak busuk, ikut campur aja urusan orang.” Aku langsung membalasnya sambil tetap memotret my prince charming Idoz. Siapa lagi kalau bukan Igo. Dia duduk disebelahku, “Kamu suka sama ayam kampung kayak dia?” Ujarnya sambil menatap Idoz, aku menjadi sebal langsung membelalakkan mataku kepadanya. “BUKAN urusanMU!” Aku langsung pindah dari situ menagambil posisi di pinggir gawang. “ Bebek pesek kayak kamu sih... Mana pantes buat ayam kampung kayak dia dia.” Teriak Igo. Membuatku berbalik kembali menghampirinya dengan perasaan sebal bukan kepalang. “ Denger ya kecoak busuk, aku, emang suka sama orang yang kamu bilang ‘ayam kampung’ itu. Tapi asal kamu tau ya, dia itu lebih keren dan lebih baik daripada kamu. Dan dia nggak pernah manggil aku dengan sebutan ‘bebek jelek’ kayak kamu. Jadi aku mau naksir sama dia itu bukan urusanmu!!” aku menyemprotinya dengan sebal dan sedikit teriak. Sehingga beberapa siswa lainnya menatap kearah kami. Igo tercenung menatapku, tatapan yang lebih tajam dari biasanya. Aku berbalik dengan kemenangan dihati. Tak sampai beberapa detik saat aku berbalik, terdengar teriakan beberapa cewek dan seseorang “WINDY AWASS!” saat aku hendak menengok kearah mereka, bola dengan kecepatan tinggi diudara mendarat tepat di kepalaku. BHUGGH! Dan semuanya seperti berputarrr... lalu gelap. >_< Udara di sekitarku terasa hangat, dan bau minyak kayu putih menyebar diudara. Aku tengah berbaring diranjang sempit, tepatnya di UKS sekolah. Suasana sangat hening, sepertinya pelajaran tengah berlangsung. Aku merasa ada seseorang dibalik tirai di depanku, menutupi ruang pandangku yang masih sedikit buram. Perlahan aku turun dari ranjang, kepalaku terasa sedikit senut-senut. Kubuka tirai berwarna hijau muda itu, dan ku dapati Igo disana. Tengah tertidur dikursi kecil tempat jaga. Tangannya bersendakop, kaki panjangnya ditekuk karna pendeknya kursi. Sejenak ku perhatikan raut wajahnya itu, kali ini tanpa ‘tatapan tajam’ yang mematikan. Rambutnya menjatuhi pipi dan dagunya yang tirus, untuk sesaat aku menyadari bahwa dirinya tak sebegitu buruk jika tidak banyak ulah. Tapi ngapain dia disini? Batinku. Hhhh... ya, aku baru ingat mengalami kecelakaan terimpuk bola tadi. Tapi mengapa harus si kecoak busuk ini sih yang ngejaga? Aku mengalihkan pandanganku pada cermin yang tertempel ditembok, hidungku sedikit merah, ternyata tadi aku mimisan. Wajahku yang jelek jadi semakin jelek kelihatannya.... huft... Terdengar suara pintu UKS dibuka, aku serasa tak bisa bernafas saat melihat orang di balik pintu itu adalah Idoz yang tengah menatap khawatir kearahku, “Windy apa kamu tidak apa-apa? Aku minta maaf tadi tidak sengaja menendang bola ke arahmu...” dengan cepat Idoz mendarat didepanku. Aku hanya bisa terpaku menatap keindahan wajahnya yang hanya 7cm di depanku. “Its ok... nggak papa kok Doz, akunya aja yang kurang hati-hati...” ujarku sambil tersipu malu, Igo terjaga dari tidurnya. Melihat aku serta Idoz yang tengah berbincang. “Kenapa nggak bilang sih kalo kamu udah bangun!” Bentak Igo mengagetkanku serta Idoz. Igo beranjak dari duduknya menubruk meja di hadapannya. Kenapa sih, itu orang selalu brutal? Nggak ngerti apa saat-saat ini sedang aku nikmati? Jarang-jarang Idoz mau ngobrol kayak gini. “Emh, kamu ikut nggak study tour ke Bali? Minggu depan?” Tanya Idoz kepadaku, aku berpikir sejenak lalu menggelengkan kepala. Biayanya terlalu mahal untuk mengikuti acara itu. “Yaudah, sebagai tanda minta maafku, kamu ikut saja study tour ke Bali. Biaya kesana biar aku traktir. Gimana?” siapa sih yang bisa menolak tawaran Idoz? Apalagi dengan senyum manisnya seperti itu. Aku langsung mengiyakan ajakannya dengan penuh semangat. >_< Suasana di kapal feri menuju Bali sungguh menyenangkan. Angin berhembus kencang, banyak siswa dan siswi berkeliaran. Aku beserta beberapa temanku Rini dan Asty bercengkrama ria. “Tau nggak?? Katanya nih ya, Idoz tuh seneng banget sama cewek yang pinter renang. Trus pakai bikini seksi gitu...” Ujar Rini padaku dan Asty, aku langsung tertarik jika ada pembicaraan menyangkut Idoz. “Oh ya??” tanyaku meyakinkan. “He’em, ntar pas maen banana boat aku bakalan pakai bikini yang aku pinjem dari mbakku ah... hohoho” sahut Asty kemudian. Aku tercenung memikirkan bahwa aku tidak membawa baju renang sekalipun. Aku menyapu pandangan disetiap dek kapal. Dan aku melihatnya, Idoz bersama Nayla sedang tertawa bersama. Idoz membetulkan rambut Nayla yang diterpa angin, Asty dan Rini tertawa didekatku membicarakan baju renang mereka. Sedang aku diam membeku melihat pemandangan yang tidak menyenangkan itu. Pantas saja Nayla memperoleh perhatian seperti itu, dia tinggi, putih, cantik, dan memiliki lesung pipi yang indah. Aku merasa bukan apa-apa jika dibandingkan dengan dia. Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu... Aku ingin kau tau bahwaku, selalu memujamu... Tanpamu sepinya waktu merantai hati.... Bayangmu seakan-akan... Terdengar alunan lagu yang membuyarkan lamunanku. Lagu yang selama ini menjadi lagu favoritku. Aku berusaha mencari sumber suara itu. Rini dan Asty juga tertegun mendengarnya. Ternyata Igo, duduk di atas kotak kayu di pinggiran kapal. Dengan gitar ditangannya. Entah halusinasiku atau bukan, tapi aku melihat Igo menatap ke arahku saat menyanyikan lagu itu. Baru ku ketahui bahwa si kecoak itu memiliki suara emas. Suasana ramai menjadi hening dan siswi-siswi mulai mengerumuni Igo. Kau seperti nyanyian dalam hatiku Yang memanggil rinduku padamu, ooh... Seperti udara yang kuhela Kau selalu ada.... Dadaku berdegup kencang kala mata itu tak mau lepas menatapku. Entah ada yang menyadarinya atau tidak, namun Igo dan aku saling berpandangan saat semua orang terhanyut dengan suaranya yang mengalun indah. Suara tepuk tangan membuatku terlepas dari jeratan matanya. Cewek-cewek memuji Igo, bahkan ada yang menyubit-nyubit pipinya. “ Iiih Igo ternyata keren juga yaa...” kata Asty, Rini hanya mengangguk sambil tersenyum. Lalu mereka menatapku, seakan menanyakan pendapatku. “Cowok tukang pamer kayak dia, nggak keren sama sekali.” Ujarku sinis, lalu pergi dari kerumunan orang yang tengah memuja Igo. Tanpa ku sadari ada sepasang mata menatap dengan gundah kepergianku itu. >_< Aku melangkah dengan tidak yakin saat kakiku menyentuh air pantai yang hangat. “ Ayo Windy... cepetan kita mau mulai nihh.” Asty berteriak di atas banana boat, terdapat beberapa anak yang telah siap untuk bermain. Namun aku bimbang, karena sebenarnya aku tidak dapat berenang dan saat di tengahn pantai pastilah setiap orang yang berada di atas banaan boat itu di jungkir balikkan di tengah laut. Aku phobia terhadap air, namun aku melihat Idoz diantara beberapa anak yang ada di atas banana boat itu. Aku telah membeli baju renang mahal di pasar bali, berharap Idoz dapat melihatku walaupun hanya sejenak. Saat aku mulai ingin berlari ada seseorang menarik rumbaian baju renangku dari belakang hingga aku jatuh terjerembab ke pasir pantai. Aku berteriak mengaduh, banana boat itu akhirnya melaju ke tengah pantai meninggalkan aku. Aku sebal menatap kebelakang siapa yang telah menjatuhkanku. Igo berdiri sambil berkacak pinggang, dia bertelanjang dada hanya mengunakan celana pantai di bawah lutut. “KAMU!” Teriakku, masih sambil terduduk di pantai. Aku berusaha berdiri, lalu membersihkan baju renangku menatap Igo yang tersenyum sinis kepadaku. Beberapa orang yang lewat tertawa menatapku, tepatnya menatap bokongku. Aku baru menyadari bahwa celana renangku robek. “ Kenapa sih kamu selalu bikin kacau hidup ku?! Apa sih sebenernya salah aku sama kamu, HAH?? Kamu tuh bener-bener mahluk yang nggak punya sopan santun, adat istiadat dan perasaan!!” Aku berteriak sambil menangis, nafasku tersengal. Igo tertegun menatap air mataku. Aku memukul lengan Igo lalu beranjak pergi. Apa yang telah diperbuatnya benar-benar tidak bisa di tolerir lagi. Dia telah merusak baju renang yang ku beli dengan mahal ini supaya Idoz bisa melihatku. Dia membuat kacau semuanya. Aku berlari tanpa tau kearah mana tujuanku. Tetap dengan baju renang yang robek. “Windy” terdengar suara menyebalkan di belakangku, aku tidak ingin menatap wajah itu lagi. Igo mengejarku, entah ulah apa lagi yang ingin dilakukannya. Namun aku tetap berlari. “Windy berhenti dulu...” Teriaknya lagi. Karena aku kelelahan, aku berhenti lalu berbalik dan kaget mendapati Igo melingkarkan tangannya kepinggangku, memasangkan selendang pantai menutupi pahaku dari sobekan baju renangku. Aku terdiam, begitu syok melihat sikapnya. Jaraknya begitu dekat denganku, aku bisa merasakan desahan nafasnya menyentuh wajahku. Aku terdiam seperti anak kecil yang berhenti menangis. Bahasa tubuh Igo membuatku tenang dan kini ku rasakan tidak sesedih tadi. “ Kalau kamu pengen lari-lari, jangan pakek baju renang sobek kayak gitu dong. Bisa-bisa disangka cewek yang baru ngelakuin ‘gituan’.” Ujarnya kemudian, setelah mengikatkan selendang pantai di pinggangku. Aku hanya menatapnya sambil mengusap airmata ku. Lalu dia melemparkan jaket hitam yang biasa dipakainya, dengan sigap aku menangkap jaket itu. “ Pakai itu, kamu nggak cocok pakai baju renang. Jelek. Terlalu ketat.” Setelah mengatakan itu Igo pergi meninggalkanku sendiri. Aku menatapnya, lalu menatap diriku, merasa malu saat mengetahui betapa buruknya dandananku saat itu. Aku benar-benar terlalu memaksakan diri untuk terlihat ‘menarik’. >_< Aku termenung menatap langit malam, mengingat kejadian tadi siang di pantai. Sekelebat bayangan wajah Igo memasuki pikiranku. Suaranya... tatapannya.... AAAAH.. tidak, tidak, tidak!!! Berhenti berpikir tentangnya lagi! Kau tidak boleh memikirkan pria bodoh itu Windy.... ujarku dalam hati. Aku menarik nafas panjang, pasti tidak ada yang beres denganku saat ini... Iseng-iseng aku melangkahkan kaki menuju kolam renang di penginapan, suasana sepi sekali. Jam menunjukkan pukul 22.00, Rini dan Asty memilih tiduran di kamar masing-masing. Sedangkan aku, aku masih bingung dengan suasana hatiku sendiri. Aku kaget saat mendengar suara desahan dari balik semak taman di pinggir kolam. Tanpa rasa takut, aku menyibak dedaunan itu. Nafasku terasa terhenti, jantungku berdegup kencang, dan air mata tiba-tiba menyeruak kepipiku. Idoz ada disana, bersama Nayla mereka sedang berciuman. Tembok-tembok seakan runtuh menjatuhi kepalaku. Dan aku melihat mereka dengan kedua mataku seakan seperti pisau yang menusuk-nusuk dadaku. Aku tak bisa lagi melukiskan apa yang kurasakan, dadaku sesak oleh beribu rasa yang tak bisa dijelaskan. Lalu tiba-tiba ada seseorang dari belakang menutup mulutku, lalu menyeretku menjauh dari tempat itu. Aku meronta, berusaha lepas dari cengkraman orang itu. Setelah beberapa meter jauhnya dari tempat Idoz berada, orang itu melepaskan tangannya dari mulutku. Ternyata Igo, lagi-lagi dia. Namun aku tidak mempunyai kekuatan lagi untuk bertengkar. Aku hanya memalingkan wajahku yang penuh dengan air mata. Hatiku patah saat itu, dan tak ada lagi yang bisa ku rasakan selain rasa sakitnya. Aku tak ingin Igo melihat air mataku ini, saat aku ingin beranjak Igo memegang lenganku, menarikku ke arahnya, lalu membenamkan wajahku kedadanya yang bidang. Aku kaget dengan apa yang dilakukannya itu, namun aku tak berdaya dengan kekuatan sekaligus kelembutan yang dimilikinya. Akhirnya aku memasrahkan diriku, aku menangis di pelukannya. Karena hanya itulah yang aku ingin lakukan saat ini. Menangisi kebodohanku yang berharap kepada Idoz, pria yang jelas-jelas tidak akan pernah melirikku. Tangisanku semakin menjadi, semakin lama semakin keras. Aku memegang erat ujung krah Igo, dan dia membalasnya dengan membelai kepalaku lembut. Aku tidak bisa pastikan apakah dia adalah Igo yang selama ini aku kenal. Tapi harus kusadari malam itu... dia memiliki sesuatu yang mampu membuat hatiku damai. Masa bodo dengan pertengkaran kami. Yang ku inginkan hanyalah sebisa mungkin mengobati rasa sakit hatiku kala itu. >_<
“Hahahahaha” Igo tertawa begitu keras, waktu telah menunjukkan pukul 24.00 namun kami masih berada di pinggir pantai. “Muka kamu tadi jelek banget, sumpah.. huhuuyyy.. nyesel aku tadi nggak foto kamu, hahaha bisa di jadiin pajangan sepanjang sejarah tuh. Ntar aku kasih judul Si Bebek Paz Lagi Patah Hati...wkwkwkwk” Igo terpingkal-pingkal menahan tawa. Aku termenung menatap cowok itu. Aku benar-benar tidak mengerti, seakan-akan aku telah bertemu dengan 2 Igo yang berbeda malam itu.
“Makasih...” Ujarku pendek tetap menatap Igo. Tawanya terhenti, dia balik menatapku. Kini situasi tampak lebih kikuk dari biasanya. Igo hanya terdiam menatap gelapnya pantai, hanya suara deburan ombak yang terdengar di malam yang sunyi itu.
“Aku seperti nggak mengenal kamu tadi, kamu seperti pribadi yang berbeda...” Kataku lagi, namun Igo tetap saja tak memberi respon. Aku memilih untuk menunggunya bicara.
“Sorry Win... Sebenernya selama ini aku nggak punya maksud untuk ngeganggu kamu....” Akhirnya Igo mengeluarkan suaranya, dia mengambil nafas panjang. Lalu melanjutkannya lagi
“ Itu cuman, sebagian cara aku untuk tetep dekat sama kamu. Sebenernya... aku cuman nggak tau aja gimana caranya memulai hubungan yang baik sama kamu. Karna hubungan kita emang udah dimulai lewat pertengkaran besar.” Igo berhenti lagi, kali ini dia menatapku. Aku hanya bisa diam, sambil menunggu apa yang akan dikatakannya lagi.
“ Windy Atmasari Purnama. Kelahiran 14 Maret 1993, hobi makan, kebiasaan gigit kuku, idung pesek, suara cempreng kaya bebek, pipi tembem, gigi jarang. Hhhhh... Windy... Windy... Aku sudah capek berpura-pura selama ini...” kata-kata Igo sedikit membuatku kaget. Kali ini dia mendekatkan dirinya padaku, tanpa melepaskan tatapannya.
“Kamu sudah bikin aku jatuh cinta. Dan aku telah berusaha untuk mencari cara yang tepat untuk menunjukkan ini semua. Tapi selalu gagal.” Tatapannya tampak begitu serius, namun aku masih waspada, takut bahwa yang kudengar hanyalah sandiwaranya belaka.
“Kamu tau nggak sih seberapa khawatirnya aku waktu kamu pingsan gara2 ketimpuk bola? Aku sampai seperti orang bodoh saking takutnya kamu gegar otak, tapi untung suster di sekolah bilang kamu cuman memar biasa. Kamu tau nggak sih, aku nggak suka ngeliat kamu begitu naksirnya sama si Idoz itu. Terlalu lebay tau nggak! Aku juga nggak suka pas kamu bela-belain makek baju renang yang mahal dan ngetat itu cuman untuk menarik perhatian dia! Itu bukan kamu tau nggak, aku terpaksa ngerusak baju renang kamu, karna aku nggak mau kamu naek banana boat, kalau kamu jatuh gimana?! Aku tau kamu phobia ama kedalaman air! Kamu tau nggak sih, Aku ngasih saos di bangku kamu tuh karna aku nggak suka sama model rok kamu yang terlalu sexi!” Teriak Igo sambil terengah-engah perasaannya begitu meledak-ledak saat itu. Aku hanya bisa menatapnya, seakan berhenti bernafas dan tak mampu berkata-kata. “Dan kamu tau nggak sih Win,,, Aku tau banget kamu suka sama lagu Dealova yang aku nyanyiin di kapal feri kemaren. Aku nyanyi buat kamu... kamu tau nggak sihh...” Suaranya makin lama semakin melambat, aku kaget mengetahui semua itu. Terselebat selama ini, saat-saat aku menganggap perbuatannya itu sebagai sifat buruknya. Ternyata dialah yang berteriak keras saat aku hendak terkena bola, dialah yang menggendongku ke UKS dan menungguku hingga sadar. Dia tau bahwa aku takut sama kedalaman air, dia merusak baju renangku karna dia tidak suka aku memakai pakaian ketat, lalu banyak lagi tindakan2 konyolnya selama ini, yang ternya semuanya itu dia lakukan hanya untuk.... menjagaku, dan melindungiku...Aku menutup mulut dengan keduatanganku, sampai ingin menangis rasanya.
“Kamu tau nggak sih Win, aku suka banget sama idung pesek kamu, sama gigi kamu, sama rambut kamu yang kayak mak lampir itu... Aku suka banget ngeliat kamu ngomong, ngeliat kamu marah-marah karna kamu selalu terlihat lucu. aku nggak bisa nggak ngeliat senyum kamu selama sehari. Kamu bener-bener udah bikin aku gila. Gila karna aku sayang banget sama kamu...” Katanya mengakhiri semua pernyataan yang telah membuat mataku terbuka. Bahwa selama ini, telah ada seseorang yang mencintaiku apa adanya. Bahkan dia mencintai keburukanku, mencintai semuanya yang ada pada diriku. Igo tetap menatap mataku tajam, kini aku mulai mengerti arti tatapan itu. Sebenarnya selama ini, dia hanya tidak mengeti bagaimana caranya, mengungkapkan perasaan yang selama ini di pendamnya.
“Maafin aku.... selama ini... nggak menyadari hal itu....” ujarku lirih, aku tak mampu lagi menahan air mataku. Aku benar-benar merasa bahagia, dan merasa bodoh. Igo meraih tanganku, dan dia menghapus lembut air mata yang ada di pipiku.
“ Aku sudah terlalu sering buat kamu nangis... Maafin aku yah...” baru pertama kalinya ku dengar suara Igo yang begitu lembut, menenangkanku. Menyentuh sudut hatiku yang terdalam. Aku beringsut memeluknya, dan dia membalas pelukanku itu. Baru kali ini ku rasakan hidupku terasa begitu lengkap, aku merasa telah menemukan sesuatu yang selama iniku cari. Seseorang yang mencintaiku, dan aku cukup menjadi diriku dihadapannya. Karna jika dia telah mencintai keburukanku, pastilah dia juga akan mencintai kelebihanku.
“ Kamu udah bikin aku jatuh Go, tapi kali ini tanpa rasa sakit. I love u...” Ucapku lirih, membuat pria yang ada dihadapan ku tersenyum manis. Kali ini tak akan ada lagi Bebek Jelek dan Kecoak Busuk. Takkan ada lagi pertengkaran. Tidak peduli malam telah berganti menjadi dini hari, kami merasa telah memiliki segalanya, karna semua telah terungkap. Rasa cinta kami, yang begitu indah karna kami saling menerima.
Janganlah terlalu membenci musuhmu, karna terkadang dialah yang selama ini benar-benar mengerti kamu.
Malam itu, aku, seseorang yang jauh dari sempurna telah menjadi sempurna karna menemukan suatu cinta tak bersyarat dari seorang Igo...
By: d’starholic
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar